Selasa, 24 Juli 2012

Ani-ani

Ani-ani atau ketam adalah alat panen padi tradisional di Jawa (mungkin di seluruh Nusantara). Pemanenan dengan ani-ani, jelas lebih selektif dibanding cara panen padi dengan alat lain, bahkan dengan mesin pemanen sekalipun.Padi yang dipanen haruslah cukup panjang tangkai malai-nya (merang) agar mudah digaet dengan telunjuk tangan dan ditekankan ke mata tajam ani-ani.
Padi-padi lokal jaman dulu sangat cocok dipanen dengan ani-ani. Ya, ani-ani jaman dulu akrab dengan kehidupan kaum wanita. Urusan panen dan pascapanen padi sampai siap jadi beras, bahkan siap disantap sebagai nasi, adalah dunia kerja sehari-hari kaum ibu di peradaban sawah. Malah istilah 'panen' pun menjadi 'ani-ani'. Saking akrabnya ani-ani dengan kaum perempuan, sampai-sampai dijadikan penusuk konde....:-). Tapi bagaimana sekarang? Dengan semangat industrialisasi padi, maka pemanenan harus cepat. Sekarang pemanen padi tidak lagi tanggung jawab kaum wanita. Jam kerja wanita tani benar-benar telah terampas. Dan menganggurlah ANI-ANI dari kegiatan tuai padi.
Ani-ani menganggur karena berbagai hal. Yang paling penting adalah semakin modern-nya varietas padi. Padi varietas baru dengan hasil tinggi, dibuat berdaun bendera tegak, ini pasti menyulitkan penggunaan ani-ani. Terlalu banyak 'sampah' yang ikut terpotong ani-ani.


 Varietas baru itu juga biasanya dibuat berpawakan pendek. Ini semakin menyulitkan penggunaan ani-ani. Para pemanen harus membungkuk terus untuk memotong malai padi dengan ani-ani. Duh... betapa pegalnya punggung... sudahlah harus menggendong 'bakul' (tenggok) harus membungkuk-bungkuk memilih dan memotongi malai padi.
Dengan tidak digunakannya lagi ani-ani untuk memanen padi, maka proses pemanenan padi menjadi lebih efisien, memang. Tetapi kemampuan memilih malai padi yang bernas menjadi hilang. Tradisi 'wiwit' untuk memilih malai-malai unggul sebagai sumber benih penanaman berikutnya, ikut pula hilang. Ritual geospiritual sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen padi lenyap sudah. Diganti dengan ceramah-ceamah....:-)


Sistem penyediaan benih lokal yang turun temurun dan selalu disertai seleksi malai-malai unggul tidak lagi berjalan. Penyediaan benih padi diambil alih oleh industri perbenihan. Bahkan perusahaan multi nasional pun ikutan menjadi produsen benih padi. Benih padi harus bersertifikat... dan operasionalnya mendesak keragaman hayati tanaman padi Nusantara. Padahal Indonesia adalah negara sumber keragaman hayati nomor dua di dunia, setelah Brasilia. Indonesia pula diduga merupakan negeri asal-usul peradaban padi - sawah yang tak terbantahkan.
Tandanya, betapa banyak perbendaharaan kata tentang padi, tentang sawah, tentang musim tanam dan tentang peralatan budidaya padi.
Lalu bagaimana kita mau mencapai KEDAULATAN PANGAN, jika sekarang budidaya tanaman telah benar-benar dipisahkan dari spiritualitas peradaban padi-sawah dan pertanian secara keseluruhan. Pertanian TROPIKA yang tak kenal istirahat sepanjang tahun.... hijau-kuning berirama secara bergantian yang terus-menerus....

Tidak ada komentar: